Alkisah hidup dinegeri entah berantah seorang anak muda yang cukup lihai dan pandai , dia hidup sangat sederhana bersama seorang nenek tua renta yang setiap hari bekerja merajut pakaian demi untuk mencukupi kebutuhan hidup, sementara sang anak bekerja dipasar menjadi kuli panggul , tukang angkat barang , membawa belanjaan sampai menjadi guide atau penunjuk arah bagi mereka pendatang baru dipasar kota tersebut.
Makun , adalah sebutan anak muda itu, dia hidup diwilayah yang keras dan hiruk pikuk perkotaan sedari kecil tanpa diasuh oleh seorang ayah maupun ibu, karena semenjak kecil dia sudah yatim piatu dan hidup bersama dengan neneknya. tetangga merekapun layaknya para penduduk kota lain yang tidak jauh berbeda setiap hari bekerja hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan perut dan sedikit bekal yang mereka kumpulkan untuk dihari tua.
Bahkan Sekedar untuk membetulkan atap genting yang sudah bocor mereka hanya menggunakan barang rosokan, kayu maupun plastik yang banyak berserakan ditepi kota. kursi reot yang sudah banyak tambalan kayu dan paku disetiap kakinya, meja yang tanpa alas dan hanya berhiaskan bunga kertas , serta sudut rumah yang sempit dan kotor adalah pemandangan yang tidak asing bagi penduduk sudut kota ini.
Namun Makun bekerja penuh semangat tanpa mengenal lelah dan sedih melayani para penjual dan pembeli yang kebetulan membutuhkan jasanya untuk mengangkut barang atau mengantarkan barang dagangan dari satu toko ketoko yang lain dengan imbalan sesukanya. tak jarang diantara para pedagang dipasar tersebut yang memakai jasa Makun membayar jasanya hanya dengan segelas air minum dan atau sepotong roti penghilang lapar dan haus.
Pekerjaan itu dijalaninya hari demi hari , minggu demi minggu dan bulan demi bulan tanpa terasa hampir 10 tahun lamanya. sang nenek yang semakin tua renta kini hanya bisa berdiam diri diatas kasur atau kursi diteras rumah sembari menunggu cucunya pulang dari pasar dengan harapan ada sepotong roti atau air untuk sekedar menghilangkan lapar dan haus.
Begitulah hari demi hari yang dilalui Sang nenek dan Makun.
0 comments:
Posting Komentar